Lakukan Penelitian Kualitatif, Menteri PPPA Ungkap Kasus Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan Masih Tinggi

oleh -10 Dilihat

Fokuspembaca.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifatul Choiri Fauzi berkunjung ke TK dan SD Kartika di Kota Tangerang.

Kedatangannya itu untuk melakukan peluncuran hasil penelitian kualitatif Pengalaman Hidup Anak dan Remaja, peluncuran Hasil Studi Kualitatif Pengalaman Hidup Perempuan Nasional Tahun 2024, dan Peluncuran Hasil Program “First Click” perlindungan anak di lingkungan digital.

Hal itu sebagai kelanjutan dari pelaksanaan SNPHAR dan SPHPN 2024, Kemen PPPA telah menyelenggarakan penelitian kualitatif mengenai pengalaman hidup anak dan remaja usia 13-17 tahun di 5 kabupaten/kota. Yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Banjar, Kabupaten Maros, dan Kota Kupang.

Baca Juga:  Jelang Tahun Baru Forkopimda Gelar Rapat Koordinasi

“Jadi penelitian ini untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya kekerasan terhadap anak dan perempuan masih cukup tinggi,” ujarnya kepada awak media, Senin, (16/12/2024).

“Ini sudah dilakukan sejak tahun 2016-2018 dan terakhir kita lakukan kemarin di 2024. Memang baru secara kuantitatif. Kemudian dilanjutkan secara kualitatif,” sambung Arifa.

Arifa menjelaskan bahwa penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak bisa juga dilakukan secara fisik, psikis, dan kekerasan seksual. Maka dari itu, pihaknya mengandeng semua masyarakat untuk tidak menormalisasi hal tersebut.

“Jadi ini yang menjadi perhatian kita bersama dan ini sebetulnya menjadi tugas kita semua bagaimana agar kekerasan terhadap perempuan dan anak ini sudah tidak terjadi lagi dimanapun,” tuturnya.

Baca Juga:  Viral Pria Mabuk Bikin Onar Lempar Nasi ke Penjual di Tangerang

Ia juga berpesan kepada pihak sekolah dan orang tua murid untuk selalu komunikasi dengan para siswa/anaknya, agar ‘Si Anak’ mau bercerita soal kegiatannya selama di sekolah.

Sebab, belakangan ini kasus bullying kerap kali terjadi di lingkungan sekolah. Namun, para anak sering memendamnya hingga abai dari pengawasan pihak sekolah maupun orang tua.

“Komunikasi. Jadi komunikasi dalam keluarga ini sangat penting bagaimana orang tua juga punya waktu lebih banyak dengan pendekatan-pendekatan sesuai dengan zamannya ya,” ujarnya kepada awak media di lokasi, Senin.

Baca Juga:  Mahasiswa Bunuh Adik Tingkatnya di UI Dikenal Kurang Bergaul dengan Tetangga

Menurut Arifa, pendekatan kepada anak juga perlu diperhatikan. Pasalnya, anak-anak sekarang tidak bisa diberikan masukan lewat cara kekerasan. Maka dari itu, komunikasi dengan keluarga dan pihak sekolah harus di tingkatkan.

“Anak sekarang kan gak bisa dikerasin, keras sedikit udah berbeda. Berbeda dengan waktu kita masih kecil. Jadi sebetulnya intinya adalah komunikasi baik di keluarga maupun di sekolah,” jelasnya.

“Sama-sama menyadari bahwa tanggung jawab anak itu bukan hanya di sekolah saja, tetapi orang tua, lingkungan, masyarakat, dan sekolah sama-sama punya tanggung jawab untuk anak-anak,” sambungnya menutup, (Wahyu/Mhd).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *