Limbah dan Pencemaran Perairan Menjadi Tantangan Kesejahteraan Nelayan

oleh -83 Dilihat

Fokuspembaca.com – Pencemaran lingkungan laut dan kebiasaan dalam pembuangan limbah baik limbah domestik maupun industri ke sungai dan laut menjadi keresahan masyarakat pesisir, terutama bagi nelayan yang mengandalkan sumber daya laut dalam pemenuhan kebutuhannya. Ketua Umum Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna menyampaikan bahwa masih maraknya praktik-praktik yang mengesampingkan kesehatan sumber daya perairan.

Limbah dan Pencemaran Perairan Kesejahteraan Nelayan (Fokuspembaca.com)

“Kami temui di Belawan Kota Medan, nelayan KNTI menyampaikan bahwa sungai yang nantinya bermuara ke laut sudah tercemari oleh industri minyak kelapa sawit. Akhirnya sungai berwarna hitam pekat, berbau dan akhirnya nelayan terdampak, mulai dari berkurangnya hasil tangkapan hingga penyakit kulit.” Terang Hendra.

Lanjut Hendra, persoalan ini tidak berlangsung hanya di Kota Medan, terjadinya juga di Tangerang, dan di banyak pesisir atau daerah sungai lainnya. Dimana limbah industri utamanya, dibuang ke perairan yang merupakan ruang hidup nelayan dan sekaligus pemenuhan pangan masyarakat Indonesia.

Baca Juga:  Toilet Terminal 3 Bandara Soetta Diklaim Miliki Fasilitas Bintang 4 Gold

“Rasa-rasanya tidak akan ada pangan yang cukup, bilamana nelayan masih sulit mendapatkan ikan, tidak akan ada pangan yang sehat, bilamana perairannya tidak dijaga kesehatannya. Tanpa perairan yang sehat, nelayan akan sulit mendapatkan ikan, pembudidaya ikan sulit membudidayakan ikan, pun dengan kita akan sulit mendapatkan makanan bergizi.” Jelas Hendra

Sambung Hendra, adanya penurunan hasil tangkapan akan berdampak kepada pendapatan nelayan terlebih daerah operasionalnya semakin jauh. Selain itu, hal ini akan memperpanjang keterpurukan nelayan dalam kemiskinan.

Baca Juga:  Terkumpul Capai Rp62 Juta, ILUNI 80 Bakal Serahkan Donasi ke Dubes Palestina di Indonesia

“Nelayan yang pendapatannya menurun, akan menyulitkan ia memperbarui alat produksinya. Sehingga bisa kita lihat, perahunya rapuh, mesinnya melemah, padahal hal ini akan membahayakan nelayan baik yang beroperasi di laut maupun sungai. Terutama ketika dihadapkan dengan gelombang tinggi ataupun arus air yang kencang.” Ujar Hendra

Sementara itu, Ketua DPD KNTI Kabupaten Tana Tidung, Ario menyampaikan kondisi perairan sungai yang sudah tercemar oleh limbah perusahaan sawit dan batu bara. Hal ini terutama terjadi di sungai Sesayap, padahal sungai ini menjadi ruang penghidupan bagi nelayan kecil.

Baca Juga:  4 TPS Lakukan Pemungutan Suara Susulan, Polres Metro Tangerang Kota Tambah Pengamanan

“Adanya pencemaran ini menyebabkan kerusakan sumber daya perairan, terutama kelestarian sumber daya perikanan. Alhasil nelayan mengalami penurunan hasil tangkapan dan pendapatan, beban lainnya adalah terjadi pendangkalan sungai.” Jelas Ario

Adapun persoalan lain yang tengah dihadapi oleh nelayan kecil di Tana Tidung adalah alat usaha atau alat produksi nelayan yang sudah usang, mulai dari perahu, mesin dan alat tangkapnya. Selain itu, nelayan kecil hingga hari ini masih kesulitan mengakses BBM.

“Jenis BBM yang kami kami gunakan adalah pertalite, harganya kami beli Rp. 13.000 itu pun susah kami mendapatkannya karena stoknya jarang ada. “Terang Ario.(Wahyu/Mhd)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *