BRIN Kembangkan Nnopartikel Berbahan Lokal Indonesia untuk Terapi Fotodinamik Kanker Paru

oleh -16 Dilihat

Fokuspembaca.com – Kanker menjadi penyebab kematian kedua tertinggi di dunia, dengan kanker paru sebagai penyumbang terbesar angka kematian. Namun, terobosan baru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) dan Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) mungkin menjadi titik balik dalam perang melawan penyakit mematikan ini.

Salah satu tim periset dari PRTRRB BRIN, Muhamad Basit Febrian, menjelaskan bahwa mereka telah mengembangkan metode terapi baru untuk kanker paru menggunakan teknik fotodinamik.

Teknik ini memanfaatkan cytotoxic Reactive Oxygen Species (ROS) untuk menghancurkan sel kanker. Penyinaran dilakukan setelah Cancer specific photosensitizer (PS) terakumulasi pada organ yang terdapat sel kanker, memicu munculnya ROS yang menghancurkan sel kanker.

“Canver specific photosensitizer (PS) akan terakumulasi pada organ yang terdapat sel kanker. Setelah akumulati terjadi, penyinaran dilakukan untuk memicu munculnya ROS yang akan menghancurkan sel kanker,” jelasnya.

Baca Juga:  Peringati HAN 2024, DP3AP2KB Kota Tangerang Kembali Gelar TNG Child Fest

Pengembangan metode terapi ini menggunakan material hidroksiapatit dan zirkonium yang dapat dikembangkan dari bahan baku lokal Indonesia, seperti zirkon yang melimpah di Kepulauan Bangka-Belitung dan Kalimantan.

Sementara hidroksiapatit, yang juga melimpah di alam dan biasanya dapat ditemukan pada biomassa dari tulang hewan.

“Zirkon yang tersebar di Indonesia, khususnya yang berada di Kepulauan Bangka-Belitung dan Kalimantan belum banyak digunakan untuk bahan maju bernilai tinggi,” ungkap Peneliti Ahli Utama PRTPR BRIN, Dani Gustaman Syarif, Senin (18/3/2024).

Hidroksiapatit nanopartikel (HAp-N) digunakan sebagai material host untuk doping logam sebagai drug deliver.

Dani menjelaskan, penggunaan teknik PDT dengan menggunakan HAp-N dan logam hafnium telah dilakukan pada hwan model kanker paru.

Para peneliti menemukan penggunaan teknik ini menunjukkan hasil yang menjanjikan. Kombinasi antara zirkonium-hidroksiapatit nanopartikel (Zr-HAp nanopartikel) dan radiasi gamma diyakini mampu menjadi salah satu metode alternatif pada terapi sel kanker paru yang efektif.

Baca Juga:  Bentangkan Poster, Mantan Ilmuan Penghuni Rumdin Puspitek Tolak Eksekusi BRIN

Selain itu, penggunaan zirkonium sebagai substitusi hafnium diharapkan dapat meningkatkan efektivitas terapi terhadap kanker paru, karena memiliki sifat kimia yang mirip dan biokompatibilitas yang baik.

PDT banyak digunakan pada terapi kanker yang terletak  sekitar lapisan kulit, dengan limitasi daya tembus cahaya tampak yang pendek.

Penggunaan sinar berdaya tembus tinggi seperti sinar-X atau gamma banyak digunakan pada radioterapi, karena dapat menjangkau organ dalam. Sinar berdaya tembus tinggi mampu memicu efek fotodinamik pada PDT, terutama kanker paru. 

Berdasarkan riset sejauh ini, para peneliti berpendapat, pada penggunaan HAp-Zr bertanda radioaktif untuk studi biodistribusi pada hewan normal dan hewan model kanker dengan teknik nuklir dapat mempercepat pengembangan obat yang ditargetkan.

Pengembangan ini juga menunjukkan potensi sebagai fotosensitizer untuk terapi fotodinamik pada kanker paru secara in-vitro dan in-vivo.

Namun, kata Dani, uji toksisitas lebih lanjut diperlukan untuk memastikan keamanan penggunaan HApZr ini sebagai obat.

Baca Juga:  Prof Kornelius Blok Yakin Indonesia Punya Potensi Terapkan Sistem Energi Terbarukan 100 Persen

Meskipun uji toksisitas akut menunjukkan hasil yang positif, perlu dilakukan uji toksisitas sub-akut dan kronis dengan jumlah hewan lebih banyak serta waktu pengujian yang lebih panjang sebelum dilakukan uji klinis.

“Pada uji toksisitas akut menunjukkan tidak ada kematian dan gejala klinis yang muncul. Namun potensi adanya sifat hepatotoksik perlu menjadi perhatian. Kedepannya perlu dilakukan uji toksisitas sub-akut dan kronis dengan jumlah hewan lebih banyak pada waktu pengujian yang lebih panjang sebagai pra-syarat uji klinis,” tutur Dani.

Kepala PRTPR BRIN, Irawan Sugoro, dan Kepala PRTRRB BRIN, Tita Puspitasari, berharap riset ini dapat memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat.

Mereka juga mengundang masukan dan saran dari tim evaluasi untuk meningkatkan kegiatan riset di masa depan. Dengan terobosan ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam pengembangan terapi kanker yang lebih efektif dan terjangkau bagi semua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.