Home / Kota Tangerang / Megapolitan / Sejarah

Selasa, 19 Maret 2024 - 20:59 WIB

Masjid Tertua di Tangerang: Masjid Jami Kali Pasir yang Berdiri Sejak 1576

Fokuspembaca.com, Kota Tangerang – Menelusuri sejarah Tangerang membawa kita pada penemuan sebuah harta berharga, yakni Masjid Jami Kali Pasir yang telah tegak kokoh sejak tahun 1576. Terletak di Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang, masjid ini bukan hanya sebuah tempat ibadah, melainkan juga sebuah saksi bisu perjalanan panjang Islam di kawasan ini.

Berdiri di tengah-tengah pemukiman warga, Masjid Jami Kali Pasir tidak hanya menawarkan keindahan arsitektur masa lalu, tetapi juga sejumlah makam yang menjadi tempat peristirahatan para ulama. Begitu memasuki masjid, jemaah akan disambut oleh gagahnya tiang-tiang penyangga kayu yang menjadi ciri khas bangunan ini.

Sebelum resmi diakui sebagai masjid pada tahun 1576, tempat ini telah digunakan sebagai lokasi ibadah umat Muslim. Menurut Ketua DKM Masjid Jami Kali Pasir, Ahmad Syarodji mengatakan, masjid ini menyimpan banyak kenangan sejarah penting, salah satunya adalah kisah Ki Tengger Jati, seorang penyiar Islam dari Kerajaan Galuh Kawali.

Baca Juga:  Dianggap Berhasil Kendalikan Inflasi, Arief Diundang Mendagri Jadi Narsum

“Mereka datang ke sini dengan tujuan menyebarkan Islam. Sebelumnya, Ki Tengger mempelajari Agama Islam dari seorang guru bernama Syekh Subakir,” ujar Ahmad Syarodji, Senin (18/3/2024).

Syarodji melanjutkan, dulu lokasi tempat ibadah ini hanyalah hutan belantara. Namun, dengan kedatangan Ki Tengger, sebuah gubuk kecil didirikan sebagai tempat ibadah.

“Dalam empat tahun, pada tahun 1416, tempat ibadahnya diperluas,” tambahnya.

Baca Juga:  Pantau PMK Saat Penyembelihan Hewan Kurban, DKP Tangerang Terjunkan 289 Petugas

Disebutkan pula oleh Syarodji bahwa banyak masyarakat yang melewati bantaran kali Cisadane. Karena itu, Masjid Jami Kali Pasir menjadi tempat beristirahat dan ibadah bagi mereka. Hal ini membuat masjid terus berkembang seiring berjalannya waktu.

“Ada banyak orang yang singgah dan bahkan menetap di masjid tersebut. Inilah yang mendorong perluasan masjid,” paparnya.

Menariknya, di dalam masjid ini terdapat empat kayu penyangga di sisi tengah. Salah satunya diyakini sebagai hadiah istimewa dari Sunan Kalijaga. Akan tetapi, tidak diketahui pasti tiang kayu mana yang menjadi hadiah dari Sunan Kalijaga.

“Hingga kini, yang kita lihat adalah empat tiang penyangga ini, yang menurut sejarah, salah satunya diberikan oleh Sunan Kalijaga,” ungkapnya.

Baca Juga:  Bea Cukai Gagalkan Penyelundupan Sabu 8 Kg Dari Hawai dan Meksiko

Meski begitu, Syarodji menegaskan bahwa empat tiang penyangga tersebut sebenarnya tidak memiliki makna khusus. Namun, sebagian besar masyarakat menginterpretasikan keempat tiang tersebut sebagai representasi sahabat Rasulullah SAW.

“Ada yang menginterpretasikan hal tersebut. Silakan menafsirkan seperti itu, namun sebenarnya tiang-tiang ini tidak memiliki makna tertentu,” jelas Syarodji.

Masjid Jami Kali Pasir tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu dari berbagai kisah dan peristiwa penting dalam sejarah Islam di Tangerang. Keberadaannya tidak hanya sebagai bangunan bersejarah, tetapi juga sebagai wadah spiritual dan pusat pembelajaran bagi umat Muslim di wilayah ini. (Iksan/Ivon)

Share :

Baca Juga

Berita

Bank DKI Kerja Sama Transaksi Perbankan Syariah Dengan Yayasan Pendidikan Fatahillah Jakarta

Kota Tangerang

Warga Kaget Ada Dugaan Pelecehan 13 Santriwati oleh Pimpinan Ponpes di Serpong

Kota Tangerang

PT TNG Kembali Lakukan Penataan Pedagang di Kawasan Kuliner Pasar Lama Tangerang

Megapolitan

Celaka, Dinkes Kota Tangerang Berikan Obat Kadaluarsa Hingga Balita Muntah dan Demam

Megapolitan

Walikota Arief Sulap Tempat Karaoke Menjadi Pusat Pendidikan Agama

Megapolitan

Pencegahan Pungli, Walikota Arief: Transparansi Tunjang Kualitas Pendidikan Lebih Baik

Kota Tangerang Selatan

Truk Tabrak Tiang Listrik, Ratusan Penumpang Menumpuk di Stasiun Pondok Ranji

Kota Tangerang Selatan

Lewat Forum LLAJ Tangsel, Benyamin Minta Antisipasi Mobilitas Masyarakat di Nataru