Fokuspembaca.com – Komunitas pecinta lingkungan Saba Alam Indonesia Hijau (SAIH) menghawatirkan kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing. Pasalnya saat ini ketinggian landfill di TPA tersebut sudah mencapai 15 meter.
Tempat pembuangan sampah yang berada di wilayah Kecamatan Neglasari Kota Tangerang ini menampung sampah dari berbagai wilayah di Kota Tangerang. Namun dengan luas mencapai 31 hektare tersebut TPA ini sudah mulai kelebihan kapasitas.
Komunitas pecinta lingkungan Saba Alam Indonesia Hijau (SAlH), Pahrul Roji menyoroti hal tersebut, menurutnya Pemerintah Kota Tangerang memiliki PR besar dalam pengelolaan sampah.
“Kalo melihat urgensinya tidak hanya di Kota, tapi hampir diseluruh wilayah seluruh Kota Kabupaten di Indonesia itu yang persoalannya pasti itu. Persoalannya pengelolaan sampah yang masih belum maksimal dari hulu ke hilirnya masih belum jelas,” ujarnya, Kamis (1/12/2022).
Menurutnya, permasalahan tersebut bisa diselesaikan. Namun diperlukan adanya pembenahan yang dilakukan terdapat TPA. Apalagi, kata dia, sarana prasarana di area TPA belum sepenuhnya mendukung.
“Ini sebenarnya bisa diselesaikan, asal memang pemerintah nya bersungguh sungguh. Sungguh-sungguh mau menyelesaikan persoalan. Yang kita lihat kan masih belum serius. Pertama kita lihat di Tangerang Kota ini persolaan urgensinya adalah TPA,” katanya.
“TPA kita inikan harus dibenahi. Karena tiap hari bkita melihat kondisinya macet karena alat berat rusak dan sebagainya, mungkin juga salah satunya overload atau daya tampung yang sudah penuh,” sambungnya.
Belum lagi, lanjutnya, terjadi penumpukan antrean armada truk yang mengular di jalan umum disekitar TPA. Hal itu disebabkan, memyempitnya ruang pembuangan. Landfill sendiri, membutuhkan proses panjang yang harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang mempuni.
“Jadi kita lihat ya berharap hanya dari PSEL itu salah satu solusi untuk menyelesaikan persoalan. Tapi kan sampai kapan, inikan jadi lucu juga kalo pemerintah kota hanya berharap penyelesaian dari PSEL,” jelasnya.
“Proyek nya saja belum dimulai, sementara sampah tiap hari harus masuk dan harus dikelola. Dan TPA sendiri juga harus dilakukan peremajaan, dengan alat prasarana pun harus dipenuhi agar bisa memenuhi daya tampung,” lanjutnya.
Rusaknya alat berat, menghambat pengangkutan di bak-bak sampah yang berada di wilayah. Sehingga, yang seharusnya dapat diangkut dua rit, hanya bisa satu.
“Persoalan mereka kan hanya mengangkut buang. Mereka angkut, buang ke TPA, tidak ada pengelolaan signifikan. Pengelolaan apa yang mereka lakukan? Mereka cuma mengelola ini bagai mana caranya sampah ini di buang,” paparnya. (Mhd)