Keluarga Santri Tewas Dikeroyok Tuntut Pertanggungjawaban Ponpes Darul Qur’an Lantaburo

oleh -15 Dilihat

Fokuspembaca.com – Pihak keluarga santri, korban pengeroyokan oleh temannya sampai meninggal menuntut pihak pondok pesantren (Ponpes) Darul Qur’an Lantaburo untuk bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Demikian diungkapkan oleh kakek korban, Mukhtar.

Dia mengatakan pihak keluarga sangat menyesalkan insiden itu. Kata dia, seharusnya seharusnya Ponpes dapat membina para santrinya dengan baik. Namun, ini malah sebaliknya.

“Kami sebagai keluarga sangat menyesalkan ini. Kami pasti akan menuntut pertanggungjawaban dari pihak pesantren,” tegas Mukhtar, Minggu (20/08/2022) di rumahnya, Jalan KH Hasyim Asy’ari, Tangerang.

“Kami pihak kelurga akan menuntut secara kemanusiaannya gimana dan harus diusut tuntas,” tambahnya.

Diketahui, seorang santri berinisial RA (13) meninggal dunia setelah dikeroyok oleh santri lainnyabpada Sabtu, (27/08/2022) sekira pukul 8.00 WIB. RA merupakan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Qur’an Lantaburo di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang.

Dari hasil penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh kepolisian, RA meninggal karena dikeroyok oleh belasan santri lainnya. Ada 12 orang santri, pelaku pengeroyokan yang kini telah diamankan yakni AI (15), BA (13), FA (15), DFA (15), TS (14), S (13), RE (14), DAP (13), MSB (14), BHF (14), MAJ (13) dan RA (13).

RA mengalami luka di sekujur tubuh akibat benturan benda tumpul. Luka itu itu terdapat di wajah, kepala, punggung dan hidung mengeluarkan darah. Dia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Sari Asih Cipondoh sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

“Dia sudah diincar sama senior yang provokasinya ini kalo enggak salah kelas 11. Diintai ketika dia (RA) ke kamar lantai 4 kamarnya di kunci sama lalu dimatikan (oleh pelaku. Disanalah dia (RA) dihajar sampe meninggal,” katanya.

“Anak sekecil itu dikeroyok, bagi kami sebagai orang tua sangat sedih. Dia luka di kepala memar, kena benda tumpul, ditonjok diinjek,” tambah Mukhtar.

Dia juga menyesali yang lalai dalam mengawasi santri sehingga insiden berdarah ini kecolongan. Dia berharap, peristiwa ini menjadi yang terakhir.

“Lalai, tidak bisa mengawasi santri dia itu harus bertanggung jawab penuh. Pesantren itu harusnya mendidik watak anak lebih baik. Kalo boleh pesantren jangan sampe terjadi lagi hal seperti ini, ini gak bagus,” pungkas Mukhtar. (Ron)

Baca Juga:  Ada Bazar Murah, Warga Karang Tengah Rela Hujan-Hujanan Berburu Migor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.